Archive for June 2009

Saat Susu Kambing Berbilang Derita Flek Paru-Paru Hilang

Sebuah rumah di Cibuntu Kecamatan Ciampea Bogor, tampak muram, ayat-ayat surah Yasin terdengar dirembqang petang, mereka dudduk takzim di dekat tubuh Ujang Suhandi yang membujur, tiga jam sebelumnya Ujang terjatuh di kamar mandi setelah batuk berkepanjangan. Pria 52 tahun itu bertahun-tahun mengidap flek paru-paru. Dua jam ia koma, jantung tak lagi berdetak. Keluarganya yakin, Ujang telah berpulang ke pangkuan Ilahi.

Itulah sebabnya keluarga Ujang amat kaget ketika laki-laki ramah itu siuman. Ia tampak amat letih penyebab itu semua adalah batuk berkepanjangan sejak 1997. Dadanya terasa nyeri ketika batuk mendera mirip petasan renceng. Ketika itu hawa panas menjalar hingga ke punggung dan perut.

Tubuh Ujang tampak kurus kering. Ia tak segesit dulu. Nestapa itu dipicu oleh kebiasaan buruk merokok. Sehari saya menghabiskan 2 bungkus katanya mengenang. Kebiasaan menghirup batang rokok kini melahirkan sesal  yang sulit dihapuskan.




Susu Kambing
Toh, ia tak putus asa. Berbagai obat dari dokter sudah dihabiskan. Rumah sakit khusus paru-paru pun didatangi. Sayang, kesembuhan bak jauh api dari panggang. Hingga akhirnya ia jatuh di kamar mandi dan pingsan. Keesokan hari, seorang tetangga menyodorkan 2 gelas susu kambinng yang katanya berkhasiat obat. Masing-masing segelas diminum Ujang pagi dan sore. Rutinitas itu dijalaninya selama dua minggu hasilnya, batuk berangsur-angsur sembuh. Kondisi tubuh pun memperlihatkan kemajuan. Meski belum cek ke dokter lagi, Ujang merasakan napasnya jauh lebih lega.


Kasus serupa juag dialami Kaudi akibat terlalu banyak merokok. Ia divonis flek paru-paru setelah melakukan rontgen di salah satu rumah sakit di bogor, Jawa Barat. Awalnya Cuma baruk biasa. Tapi duabulan nggak sembuh-sembuh, ujarnya.

Tak hanya batuk. Napasnyapun terasa berat. Berjalan beberapa langkah saja amat sakit. Untuk tidur ia memilih bersandar dikursi. Kalau berbaring dada semakin sesak, Ujarnya. Penderitaan itu berdampak pada bobot badan yang menyusut drastic, dari 50 Kg menjadi 40 Kg dalam tempo seminggu.

Dokter yang merawatnya menyarankan agar kaudi juga meminum susu kambing untuk mempercepat penyembuhan. Awalnya saya nggak percaya kalau susu itu berkhasiat obat. Demi kesembuhan akhirnya tetap saya minum, kata Ayah dua anak itu. Segelas susu kambing segar diminum sebelum sarapan pagi; segelas, menjelanng tidur. Tiga bulan berselang Kaudi merasakan perubahan dalam tubuhnya. Dugaanya benar, saat dirontgen paru-paru terlihat bersih.

Disadur dari Majalah Tubus edisi 419 Oktober 2004 oleh : Ridwan Munir

ASMA HILANG TERHEMPAS SUSU KAMBING

Ida Rahmawati panik bukan kepalang ketika wajah buah hatinya Sekar Ayu Dyah Larasati membiru. Mata bocah 5 tahun itu terpejam. Napasnya tersengal-sengal seperti tercekik. Berkali-kali Ida menepuk-nepuk pipi anaknya, tetapi Dyah tak merespon. Ia bergegas membawa Dyah ke Rumah Sakit Usada Insani, Tangerang, Provinsi Banten. Diagnosis dokter, siswa Taman Kanak-kanak itu mengidap asma.


Bayangan 5 tahun silam melintas di benak Ida Rahmawati. Ia ingat persis, ‘pada umur 6 bulan, Dyah kerap batuk-batuk dari jam 02.00 sampai 04.00,’ ujar Ida. Dokter hanya meresepkan sirop obat batuk dan antibiotik. Beberapa bulan berselang, timbul gatal-gatal pada kulit. Ia pun kembali memeriksakan Dyah ke dokter. Hasilnya, Dyah divonis alergi susu sapi. Oleh karena itu Ida mengganti susu bubuk sapi dengan susu bubuk kedelai. Penggantian itu memang menghilangkan gatal-gatal pada kulit Dyah. Namun batuk pada malam hari tak kunjung reda.


Bahkan setahun kemudian, batuknya semakin parah. Napas tersengal-sengal seperti tercekik. Ida Rahmawati menyambangi dokter lain untuk mengetahui penyebab batuk berkepanjangan itu. Saat itulah ia tahu, Dyah mengidap asma karena alergi susu sapi. Sejak diagnosis asma itulah, Dyah yang saat itu berusia 2,5 tahun mengkonsumsi puyer antialergi 6 kali sehari. Kebiasaan itu berlangsung hingga Dyah berusia 7 tahun. Untuk memberikan pertolongan segera, Ida menyiapkan alat bantu pernapasan nebulizer dan tabung oksigen ukuran 80 cm.


Stres
Obat dan piranti itu tak juga membantu kesembuhan Dyah. Buktinya ia sering opname karena serangan asma. ‘Obat dan nebulizer sudah tidak mampu menolongnya,’ ujar sang bunda. Hampir setiap 6 bulan Dyah dirawat di rumahsakit selama 2-3 hari. Asma Dyah kambuh terutama saat udara panas. Di sekolah yang dilengkapi pendingin ruangan, asma Dyah tak pernah kambuh. Namun, begitu pulang karena udara panas napasnya terengah-engah.


Menurut dr Mohamad Soleh, asma bisa kambuh salah satunya bila dipicu stres. Stres bisa secara fisik maupun psikis. Stres fisik bisa karena panas, dingin, lelah atau karena penyakit lain. Asma Dyah kambuh saat udara panas bukan udara dingin seperti asma pada umumnya. Menurut dr Imelda Magaritha asma adalah gangguan pernapasan karena alergi. Gangguan itu berupa penyempitan saluran pernapasan yang menghambat udara keluar dari paru-paru. Asma dapat kambuh jika sistem kekebalan terpicu oleh penyebab alergi. Penyebab alergi berbeda setiap individu, misalnya alergi susu sapi, udara dingin, debu atau stres.


Ketika upaya penyembuhan secara medis tak menggembirakan, Ida mencoba pengobatan tradisional. Atas saran kerabatnya, ia memberikan berbagai obat tradisional seperti hati kelelawar, hati kura-kura, dan hati unta pada waktu yang berbeda. Dosisnya 50 gram 3 kali sehari. Sayang, kesembuhan itu belum juga muncul.


Toleransi
Pada Oktober 2005, seorang rekan menyarankan untuk mencoba susu kambing. Barharap kesembuhan pada anaknya, Ida pun menuruti saran itu. Ia memesan 10 liter dengan harga 15.000 per liter. Susu kambing dikemas 200 ml, Ida mesti memanaskannya sebelum memberikan susu itu kepada Dyah. Sekali minum Dyah menghabiskan 200 ml dengan frekuensi 3 kali sehari. Efek terlihat pada 3 bulan pertama. Batuk pada malam hari mereda dan napas tersengal tidak terdengar lagi.


Setelah 3 bulan mengkonsumsi susu kambing, asupan puyer antialergi dihentikan. Pada 3 bulan kedua susu kambing diberikan hanya 2 kali sehari. Untuk selanjutnya sampai sekarang Dyah tetap meminum susu kambing, tapi cukup sekali sehari. Setelah rutin mengkonsumsi susu kambing, setahun terakhir asma Dyah tidak pernah kambuh. Tidak ada lagi acara bolak-balik ke rumahsakit. Nebulizer yang setia memberi oksigen pun teronggok di sudut kamar.


Yang terpenting, gadis cilik berusia 9 tahun itu sudah bisa tertawa lepas saat bermain dengan teman-temannya. Tidak akan terdengar lagi larangan ibunya untuk menahan tawa dan gerakan kala asyik bermain. Bagaimana duduk perkara susu kambing mengobati asma? dr Imelda Margaritha menuturkan susu kambing meningkatkan daya tahan tubuh. Itu lantaran kandungan mineral berupa magnesium, klorida dan selenium yang bagus untuk metabolisme tubuh.


Susu kambing biasanya dikaitkan dengan asma karena alergi susu sapi. Jika seseorang alergi susu sapi, sebenarnya dia alergi dengan gula atau protein dalam susu sapi atau dikenal dengan sebutan ? A1 kasein; susu kambing, betakasein. Susu kambing hanya mengandung 4-4,1% gula laktosa sehingga masih ditolerir untuk orang yang alergi laktosa. Bandingkan dengan kadar laktosa susu sapi yang berkisar 4-7%



Jadi, penderita asma sembuh atau reda setelah minum susu kambing, berarti dia alergi dengan komponen yang ada pada susu sapi atau produk dari susu sapi. Jika tidak reda, maka pemicu asma bukan karena alergi dengan komponen tadi.


Susu kambing bisa dikonsumsi dalam bentuk cair, bubuk bahkan tablet. Dalam hal kestabilan zat aktif (protein, mineral, vitamin), susu kambing tablet lebih stabil daripada bubuk dan cair. Apa pun pilihannya, susu kambing terbukti mujarab mengatasi asma seperti yang dialami Sekar Ayu Dyah Larasati. (Nesia Artdiyasa)


Disadur dari Majalah Tubus edisi 449 April 2007 oleh Ridwan Munir